Rabu, 29 Oktober 2014

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA II RESPON PSIKOFISIOLOGI (PSIKOSOMATIK)




DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :

                                         1.     Arnoldus Andre irawan
                                         2.     Christin Ariesta
                                         3.     Eirine Simamora
                                         4.     Fanny Anggraeni
                                         5.     Ifan Anggara
                                         6.     Komang Astri
                                         7.     Liya Subekti
                                         8.     Luviana Mintari
                                         9.     Merri Anggraini
                                       10.    Nura perezkinia
                                       11.    Pebriana Dani
                                       12.    Ratna Pramesti
                                       13.      Ricky Prawira
                                       14.      Robby darmawan
                                       15.       Saur Defi Laurentia S
                                       16.       Vera Farlina
                                       17.       Yosua Sitinjak
                                       18.       Enny Prayunita



STIKES PERDHAKI CHARITAS PROGRAM
STUDI S1 KEPERAWATAN
PALEMBANG
2014
 -------------------------------------------------------------------------------------------------
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat serta kaunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah Keperawatan Anak yang Alhamdullillah tepat pada waktunya yang berjudul MAKALAH KEPERAWATAN JIWA IIRESPON PSIKOFISIOLOGI
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang  telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah awt. Senantiasa meridhai usaha kita. Amin.

                                                                        Palembang, September  2014

                                                                                    Penyusun
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
DAFTAR ISI

Halaman judul......................................................................................... i
Kata pengantar........................................................................................ ii
Daftar isi.................................................................................................. iii
Bab I : PENDAHULUAN
a.       Latar belakang............................................................................. 1
b.      Tujuan penulisan.......................................................................... 2
Bab II : PEMBAHASAN
A.    Definisi........................................................................................ 3
B.     Konsep peringatan....................................................................... 3
C.     Diagnosa keperawatan dan diagnosa medik............................... 5
D.    Pengkajian pada klien dengan respon psikofisiologi................... 5
E.     Penentuan diagnosa keperawatan............................................... 9
Bab IV : PENUTUP
a.       Kesimpulan.................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

BAB 1
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Ketidak mampuan dalam penyesuaian diri terhadap berbagai persoalan hidup manusia, bukan hanya menyebabkan gangguan mental. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa situasi yang memberi tekanan pada seseorang dapat mengakibatkan keluhan-keluhan fisik seperti sakit kepala, asam lambung meningkat, dan sebagainya. Banyak kasus dimana analisa dan segala jenis pemeriksaan oleh dokter menunjukkan seseorang secara fisik tidak mempunyai masalah fisik. Namun pada kenyataannya orang tersebut mengeluh karena sakitnya.
 Masalah-masalah emosional yang tidak ditangani adalah penyebab 85% penyakit fisik. Itulah mengapa penanganan penyakit fisik tidak membuahkan hasil yang tuntas karena mengabaikan masalah emosional.
Psikosomatis berasal dari dua kata yaitu psiko yang artinya psikis, dan somatis yang artinya tubuh. Dalam Diagnostic And Statistic Manual Of Mental Disorders edisi ke empat (DSM IV) istilah psikosomatis telah digantikan dengan kategori diagnostik faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi medis.
Gangguan psikofisiologis merupakan gangguan kesehatan yang  umum dijumpai di populasi, namun seringkali menimbulkan kesalahpahaman dibidang medis. Psikosomatis merupakan salah satu gangguan kesehatan atau penyakit yang ditandai oleh bermacam-macam keluhan fisik. Berbagai keluhan tersebut acapkali berpindah-pindah. Sebagai contoh dalam waktu beberapa hari terjadi keluhan pada pencernaan, disusul gangguan pernafasan pada hari-hari berikutnya. Atau kadang keluhan tersebut menetap hanya pada satu sistem saja, misal hanya pada sistem pencernaan (gangguan lambung). Kondisi inilah yang seringkali menjadi sebab berpindah-pindahnya penderita dari satu dokter ke dokter yang lain ("doctor shopping"). Ada sebagian pasien yang kemudian jatuh pada perangkap medikalisasi, yakni upaya atau tindakan dengan berbagai teknik dan taktik, yang membuat mereka terkondisi dalam keadaan sakit dan memerlukan pemeriksaan maupun pengobatan.
Dalam gangguan psikofisiologis faktor-faktor psikologis benar-benar menyebabkan gangguan-gangguan fisik. Misalnya, stress psikologis yang lama dapat menyebabkan produksi asam lambung bertambah dan asam tersebut dapat menyebabkan lubang pada dinding lambung. Dalam gangguan somatoform, faktor-faktor psikologis menyebabkan simtom-simtom gangguan-gangguan fisik tetapi tidak ada gangguan-gangguan yang aktual (tidak ada jaringan-jaringan yang rusak dalam tubuh). Misalnya seseorang yang menderita gangguan konversi kemungkinan akan menderita kelumpuhan pada lengan, tetapi syaraf-syaraf otot atau tulang lengan tidak rusak.

B.     TUJUAN
·         Agar mahasiswa/i mampu memahami respon psikofisiologi
·         Agar mahasiswa/i mampu mempelajari dan megerti konsep peringatan dan bertahap kelelahan
·         Agar mahasiswa/i mampu merumuskan diagnosa keperawatan dan mengeti diagnosa medik pada respon psikofisiologi
·         Agar mahasiwa mampu melakukan pengkajian s/d evaluasi pada [asien dengan gangguan pisikofisiologi

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    DEFINISI
 Psikosomatis berasal dari dua kata yaitu psiko yang artinya psikis, dan somatis yang artinya tubuh. Psikofisioliogis merupakan salah satu gangguan kesehatan atau penyakit yang ditandai oleh bermacam-macam keluhan fisik. , Kellner (1994) mengungkapkan bahwa istilah psikosomatik menunjukkan hubungan antara jiwa dan badan. Gangguan psikosomatik didefinisikan sebagai suatu gangguan atau penyakit fisik dimana proses psikologis memainkan peranan penting, sedikitnya pada beberapa pasien dengan sindroma ini. Menurut Terry Beehr dan John Newman (1978) gejala stress kerja dapat di bagi dalam 3 (tiga) aspek, yaitu gejala psikologis, gejala psikis dan perilaku
Gangguan pada perkembangan disebabkan oleh dua hal yaitu gangguan yang disebbakan oleh keadaan fisik dan gangguan yang disebabkan oleh emosi atau keadaan psikologis, gangguan fisik merupakan efek dari masalah psikologis dan sosial di sebut sebagai psikosomatis yang kemuidian lebih di kenal dengan psikofisiologi, yaitu penyakit fisik yang di sebabkan oleh faktor psikologis (Peterson et.al.,2003)
Gangguan psikofisiologis merupakan gangguan atau penyakit yang mencakup kerusakan tubuh. Gangguan psikofisiologis seperti asma, ditandai oleh simptom-simptom fisik yang nyata yang di sebabkan oleh faktor-faktor psikologis. (Gerald. et.al.,271 ).

B.     KONSEP PERINGATAN BERTAHAN KELELAHAN
1). Reaksi  Alarm ( Waspada).
Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stressor. Reaksi psikologis “fight or flight” dan reaksi fisiologis.
Tanda fisik : curah jantung meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer dan gastrointestinal mengalir ke kepala dan ekstremitas.
Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala stress memengaruhi denyut nadi, ketegangan otot dan daya tahan tubuh menurun. Reaksi alarm melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh seperti pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan kadar gula darah yang bertujuan untuk menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi, teraktifasinya epineprin dan norepineprin mengakibatkan denyut jantung meningkat dan peningkatan aliran darah ke otot. Peningkatan ambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan mental.
Aktifitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan “respons melawan atau menghindar “. Respon ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stresor masih menetap maka individu akan masuk ke dalam fase resistensi.
2). Reaksi  Resistance (Melawan)
Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stress.
Bila teratasi gejala stress menurun atau normal tubuh kembali stabil, termasuk hormon, denyut jantung, tekanan darah, cardiac out put. Individu tersebut berupaya beradaptasi terhadap stressor, jika ini berhasil tubuh akan memperbaiki sel – sel yang rusak. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahapa terakhir dari GAS yaitu : Fase kehabisan tenaga.

3).  Reaksi Exhaustion (Kelelahan)
Merupakan fase perpanjangan stress yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya. Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian. Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi stres. Ketidak mampuan tubuh untuk mepertahankan diri terhadap stressor inilah yang akan berdampak pada kematian individu tersbut.

C.  DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN DIAGNOSA MEDIK YANG BIASA MUNCUL PADA RESPON PIKOFISIOLOGI YANG MALADAPTIF
Diagnosa keperawatan menggambarkan interaksi biopsikososial individu. Model stress adaptasi dpt digunakan dlm penentuan dx kep
Dx kep mayor (menurut Stuart & Sunden):
         Gangguan penilaian
         Nyeri kronik
         Gangguan pola tidur
Diagnosa medis yang berkaitan antara lain:
           Gangguan somatisasi
           Gangguan konversi
           Hypocondriasis
           Gg tbh dismorfik
           Gg nyeri
           Insomnia
           Primary Hipersomnia
           narkoleksi

D.    PENGKAJIAN PADA KLIEN DENGAN RESPON PSIKOFISIOLOGI
1.      Fisiolgis
Untuk melihat gejala fisik atau faktor yang mempengaruhi kondisi fisik, yang  meliputi :
·         Kardiovaskuler : angina, hipertensi, sakit kepala
·         Musculoskeletal : LBP (low back pain), arthritis
·         Pernafasan : asma, hiperventilasi
·         Pencernaan : anoreksia, peptic ulcer,colitis, obesitas
·         Kulit : eczema, puritus, neurodermatitis
·         Genitourinari : impotensi, PMS
·         Endokrinologi : diabetes, hipertiroid
2.      Psikologis
Pada individu mungkin terdapat gejala fisik tapi tidak ada kelainan organik (somatoform disorder). Terdiri dari:
         Somatization disorder. Banyak keluhan tentang keadaan fisik tapi tidak ditemui adanya kelainan fisik. Misal palpitasi, sakit kepala dll.
         Conversion disorder, yaitu seseorang merasa kehilangan atau mengalami perubahan fungsi fisik
         Hipokondriasis. Dipenuhi oleh rasa takut bahwa dirinya menderita penyakit parah berdasar penafsiran yang salah terhadap gejala tubuh
         Kelainan dismorfik tubuh, yaitu seseorang dengan penampilan normal merasa mengalami cacat fisik
         Pain disorder, faktor psikologis mempunyai peranan penting dalam awitan maupun  keparahan nyeri.
3.      Faktor Prediposisi
         Faktor biologis
-Keseimbangan hormonal mempengaruhi emosi seseorang
- Faktor genetic
         Faktor psikologis
Kepribadian tipe A. Penyakit fisik bisa disertai dengan kelainan organik dan ada  pula yang tanpa ada kelainan organik.
         Faktor sosial
- Keparahan gejala dipengaruhi aspek lingkungan sosial
- Konsep peran sakit dalam lingkungan sosial. Menjadi sakit adalah peran sosial dimana masyarakat menempatkan kepercayaan & harapan pada individu


4.      Faktor Presipitasi
Yaitu adanya stimulus yang meningkat dari lingungan internal atau eksternal yang diterima individu yang melebihi sumber koping yang dimiliki dan membahayakan dirinya. Respon psikofisiologis yang muncul akibat stimulus tetsebut dipengaruhi oleh pengalaman individu dalam menginterpretasi keadaan stressful. Misal: diare menjelang ujian. Akumulasi dari stressor kecil.
5.      Sumber Koping
Perlu dikaji kebiasaan koping pasien, support sistem dari keluarga, teman, pemberi layanan kesehatan.
6.      Mekanisme Koping
Kelainan psikofisiologi dipandang sebagai upaya untuk mengatasi ansietas akibat stres yang berlebihan. Mekanisme defensif yang berkaitan antara lain :
       Represi perasaan, konflik dan impuls yang tidak dapat diterima.
Dalam hal ini pengalaman yang menyakitkan, kenangan yang tidak diharapkan pikiran dan impuls yang tidak menyenangkan dikeluarkan dari kesadaran. Atau dalam arti lain represi adalah menekan semua pengalaman yang menyakitkan, kenangan yang tidak diharapkan, impuls yang tidak menyenagkan kealam tak sadar secara tidak sadar. contoh:seorang anak yang semasa kecilnya sering mendapat perlakuan kasar ia akan melupakan semua kejadian tersebut secara tidak sadar, tetapi smeua kenangan tersebut akan terakumulasi di alam bawah sadarnya.
       Menyangkal masalah (Denial)
Mengingkari pikiran keinginan, fakta dan kesedihan yang tidak dapat ditoleransi contoh:pasien kanker,menyatakan dokter salah diagnosa.
       Kompensasi
Proses dimana seseorang menutupi kekurangannya dengan menekan segi lain yang dianggap menjadi kelebihannya. contoh: seorang siswa yang dalam prestasi belajarnya maka ia akan menutupinya dengan pandai bermain musik. Seorang yang sakit dan tidak mampu beraktivitas secara fisik maka dia akan berupaya memaksimalkan aktivitas yang lain misal dengan menulis.
       Regresi
Yaitu suatu mekanisme dimana saat sakit individu kembali ke tingkat perkembangan sebelumnya. Missal seorang anak yang biasanya sudah bisa mandiri dalam ADL saat sakit menjadi ngompol, selalu minta dilayani
       Supresi
Menekan secara sadar pikiran, impuls dan perasaan yang tidak menyenang kealam tak sadar. contoh: seorang siswa pergi menonton film bersama teman dekatnya,maka pada saat belajar dikelas dia berusaha untuk melupakan kejadian tersebut untuk lebih konsentrasi mengikuti pelajaran.
       Identifikasi
Proses dimana seseorang meniru cara berfikir dan berperilaku dari seseorang yang dikagumi. contoh: seorang anak SMA yang mengidolakan Agnes Monica meniru cara berpakaian dan model rambut seperti Agnes Monica
       Reaksi formasi
Mengembangkan pola sikap dan perilaku tertentu yang disadari berlawanan dengan perasaan dan keinginannya. contoh: seseorang marah pada temannya tapi malah bersikap baik dan meminjamkan catetan kuliah dengan sikap yang manis.
       Rasionalisasi
Berusaha memperlihatkan tingkah laku yang tampak sebagai hasil pemikiran yang logis. contoh: tidak punya uang untuk beli kendaran, dikatakan bahwa jalan kaki lebih sehat dari pada naik kendaraan.

E.     PENENTUAN DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN RESPON PSIKOFISIOLOGI
Perawat harus mampu :
1.      Mengumpulkan data yang valid dan berkaitan
2.      Menganalisis data ke dalam kelompok
3.      Membedakan diagnosa keperawatan dari masalah kolaboratif
4.      Merumuskan diagnosa prioritas
Penentu Prioritas Diagnosis
Dengan menentukan diagnosis keperawatan, maka dapat diketahui diagnosis mana yang akan dilakukan atau diatasi pertama kali atau yang segara dilakukan dalam menentukan prioritas terdapat beberapa pendapat urutan prioritas, diantaranya :
1.      Berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam jiwa)
   Penentuan prioritas berdasarkan tingkat kegawatan atau mengancam jiwa yang dilatar belakangi dari prinsip pertolongan pertama yaitu dengan membagi beberapa prioritas diantaranya prioritas tinggi, prioritas sedang , dan prioritas rendah, yaitu :
a.       Prioritas tinggi : mencerminkan situasi yang mengancam kehidupan (nyawa seseorang) sehingga perlu dilakukan tindakan terlebih dahulu seperti masalah bersihan jalan nafas.contoh diagnosa..................
b.      Prioritas sedang : menggambarkan situasi yang tidak gawat dan tidak mengancam hidup klien seperti masalah higiene perseorangan.contoh diagnosa.................
c.       Prioritas rendah : menggambarkan situasi yang tidak berhubungan langsung prognosis dari suatu penyakit yang secara spesifik seperti masalah keuangan atau lainnya.contoh diagnosa..................

2.      Berdasarkan kebutuhan maslow
Maslow mentukan prioritas diagnosis yang akan direncanakan berdasarkan kebutuhan diantaranya kebutuhan fisiologis keselamatan dan keamanan, mencintai dan memiliki, harga diri dan aktualisasi diri, yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Untuk prioritas diagnosis yang akan direncanakan maslow membagi urutan tersebut berdasarkan urutan kebutuhan dasar manusia di antaranya :
a.    Kebutuhan fisiologis, meliputi masalah respirasi, sirkulasi, suhu, nutrisi, nyeri, cairan, perawatan kulit, mobilitas, eliminasi
b.   Kebutuhan keamanan dan keselamatan, meliputi masalah lingkungan, kondisi tempat tinggal, perlindungan, pakaian, bebas dari infeksi dan rasa takut.
c.    Kebutuhan mencintai dan dicintai, meliputi masalah kasih sayang, seksualitas, afiliasi dalam kelompok, hubungan antar manusia.
d.   Kebutuhan harga diri, meliputi masalah respect dari keluarga, perasaan menghargai diri sendiri.
e.    Kebutuhan masalah aktualisasi diri, meliputi kepuasan terhadap lingkungan.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Gangguan psikofisiologis merupakan gangguan kesehatan yang  umum dijumpai di populasi, namun seringkali menimbulkan kesalahpahaman dibidang medis. Psikosomatis merupakan salah satu gangguan kesehatan atau penyakit yang ditandai oleh bermacam-macam keluhan fisik. Berbagai keluhan tersebut acapkali berpindah-pindah. Sebagai contoh dalam waktu beberapa hari terjadi keluhan pada pencernaan, disusul gangguan pernafasan pada hari-hari berikutnya. Atau kadang keluhan tersebut menetap hanya pada satu sistem saja, misal hanya pada sistem pencernaan (gangguan lambung).
Diagnosa keperawatan dan diagnosa medik yang biasa muncul pada respon pikofisiologiyang maladaptive,diagnosa keperawatan menggambarkan interaksi biopsikososial individu. Model stress adaptasi dpt digunakan dlm penentuan dx kep
Dx kep mayor (menurut Stuart & Sunden) : Gangguan penilaian, Nyeri kronik, Gangguan pola tidur. Diagnosa medis yang berkaitan antara lain : Gangguan somatisasi, Gangguan konversi, Hypocondriasis, Gangguan tubuh dismorfik, Ganggguan nyeri, Insomnia, Primary Hipersomnia, narkoleksi

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
DAFTAR PUSTAKA

http://www.klinikhudassari.com/berita-156-gangguan-psikofisiologis.html

Maslim, rusdi.2002.Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringakas Dari PPDGJ-III. Jakarta